Great Leader

Posted on Monday, September 8, 2008 by arylangga



Bagaimana seorang leader menghadapi keadaan berada pada suatu kondisi yang terus meluncur kebawah atau terjun bebas menuju ketitik minimum. Apakah anda pernah merasakannya atau apakah anda pernah mengalaminya ? kondisi ini bukan khayalan semata, tapi hal ini merupakan fakta atau sesuatu yang pernah terjadi?

Masih ingatkah tentang seorang pilot pesawat garuda yang selamat dan melandingkan pesawatnya disebuah sungai akbat suatu kerusakan pada “mesin”, atau masih ingatkah ketika Sam Walton (Owner WalMart) mengalami “kebangkrutan“ dan kehilangan satu-satunya toko miliknya yang dibangun dengan jerih payahnya serta masih banyak lagi contoh-contoh lainnya yang dapat kita temui saat ini.

Mungkin beberapa dari khalayak belum atau tidak ingin merasakan hal tersebut, karena hal itu adalah sebuah kondisi yang sangat tidak mengenakkan dan penuh dengan serantaian resiko yang mungkin saja bisa mempertaruhkan kehidupan leader ataupun membahayakan kehidupan para anggota /pengikut kita. Dan itu merupakan suatu situasi yang menuntut serta menguras emosi kita.

Beberapa cuplikan tentang ketiga cerita tersebut :

Capten A. Rozak, 16 january 2002,
Pesawat yang diterbangkan oleh Capt A Rozak tersebut ketika descend (mengurangi ketinggian) dari 32.000 kaki menuju 23.000 kaku memasuki cloud/awan yang bercuaca buruk disertai hujan dan badai. Tiba-tiba kedua mesin pesawat B-737-300 mati seketika. Capt Pilot A Rozak lalu melakukan dua kali restat, tetapi engine tetap mati.

Di saat bersamaan ketinggian terus drop dan akhirnya keluar dari awan. Ketika keluar dari awan, dia melihat aliran sungai Bengawan Solo dan dalam situasi genting tersebut, Captain Rozak langsung mengambil suatu keputusan untuk melakukan pendapatan darurat.

Dalam situasi tersebut semua penumpang sebanyak 54 orang selamat. Seluruh awak kabin telah melakukan prosedur pendaratan darurat dan tidak ada korban di pihak penumpang. Karena itu pendaratan darurat ini dinilai sempurna.
(sumber : www.sinarharapan.co.id)

Sam Walton 1950,
kehilangan toko pertamanya. Setelah dengan susah payah mendirikannya akhirnya ia harus menyerah dan menjualnya pada pemilik rumah kontrak tersebut.
Bersama dengan istri dan anaknya ke Bentovile –Arkansas. Dan membuka sebuah toko baru .
” saya harus optimis dan meneruskan usaha itu .. melakukan semuanya kembali , dengan lebih baik kali ini ..”

Melakukan yang lebih baik kali ini membuat toko baru tersebut merupakan awal dari apa yang kemudian menjadi periteil terbesar didunia-Wal Mart Stores Inc. Kehendak Walson untuk mengubah kemunduran menjadi peluang mengantarnya menjadi sebuah kerajaan bisnis yang mencapai nilai penjualan tahunan $ 100 milyar pada tahun 1997. Walmart membuat Walson menjadi kaya dan perusahaan tersebut merubah wajah dunia usaha ritel. Pada tahun 2003 perusahaan ini telah beroperasi di lebih 4.000 toko di seluruh dunia.
(sumber : buku ; Successful Business Leaders, BIP-Gramedia, 2004))


Dari ilustrasi cerita tersebut memberikan pendalaman untuk melihat tentang usaha menyelamatkan orang lain, sikap pesimis dan optimis, serta nilai kepahlawan. Karena pada titik kita mengalami percepatan penurunan sesungguhnya akan memberikan beberapa pelajaran yang penting dalam kehidupan.

Pertanyaan refleksi pada kesempatan kali ini adalah :

pernahkah kita sebagai leader menyelamatkan orang/anggota/bawahan dengan mengambil keputusan yang tepat.
Pernahkah kita sebagai leader meyakini, mengajarkan dan mempraktekkan kepada anggota/ bawahan tentang perbedaan sikap dan cara berfikir yang optimis dan pesimis?
Pernahkah kita sebagai seorang leader mengajarkan nilai-nilai kepahlawanan dalam bentuk membantu orang atau tindakan-tindakan kecil dalam keseharian anggota/bawahan kita.